5 Prinsip Stoikisme untuk kehidupan Modern

prinsip prinsip filosofi stoikisme dalam kehidupan modern illustrasi

Filosofi stoikisme yang lahir ribuan tahun lalu masih memberikan perspektif baru dalam memandang kehidupan. Melalui prinsip-prinsipnya, kita diajak untuk menyikapi kehidupan dengan lebih bijaksana Berikut adalah lima prinsip stoikisme yang dapat diterapkan dalam kehidupan modern.

1. Ikhlaskan segala hal yang tidak bisa kita kendalikan

Stoikisme cukup jelas menekankan tentang 'Sphere of Control' atau batas kontrol kita akan hal-hal yang bisa kita kendalikan. Dalam buku Henry Manampiring yang cukup populer berjudul "Filosofi Teras" [1], konsep sphere of control ini di translasikan menjadi Dikotomi Kendali. Konsepnya cukup mudah, yaitu hal-hal dalam hidup kita dapat dibagi menjadi 2 bagian,

  1. Hal yang dapat kita kendalikan
  2. Hal yang tidak dapat kita kendalikan

"Wah, gimana ya kalau nanti dia kecewa sama aku"

Pemikiran seperti ini tidak jarang terlintas di benak kita bukan? Kita sebagai makhluk sosial, sangat wajar menginginkan pengakuan atau menginginkan sebuah kontrol akan apa yang akan orang lain lakukan terhadap kita. Namun, hal ini jika dilihat dari perspektif filosofi stoikisme adalah suatu hal yang sia-sia.

Bagaimana pendapat orang terhadap kita, bagaimana penilaian mereka dan bagaimana perlakuan mereka terhadap kita merupakan diluar kendali kita. Akan tetapi, bagaimana effort kita untuk membuat orang lain nyaman, menjadi orang yang sesuai dengan perkataan, dan menjadi lawan bicara yang asik, merupakan batas-batas kontrol kita terhadap diri kita. Maksimalkan saja hal-hal yang dalam kendali kita dalam bersikap terhadap ayah, ibu, saudara dan teman. Biarkan penilaian mereka tentang kamu, ditangan mereka. Langit tidak perlu menjelaskan dirinya tinggi, Berlian tidak perlu menjelaskan dirinya indah.

Be so good, so they can't ignore you ― Cal Newport

2. Jangan membeli barang karena gengsi

Dalam konteks Dikotomi Kendali, membeli barang untuk menarik perhatian orang lain adalah suatu tindakan yang sia-sia dalam pandangan stoikisme. Kita harus mempertanyakan niat sebenarnya di balik pembelian kita: Apakah ini kebutuhan atau hanya keinginan egois? Belilah barang yang benar-benar bermanfaat dan diinginkan, bukan hanya untuk memuaskan gengsi.

We buy things, we don't need, with money we don't have, to impress people we don't like. ― Dave Ramsey, Fight Club

Cara terbaik untuk menentukan apakah anda membutuhkan barang itu adalah dengan menanyakan pada diri anda sendiri. Apakah anda yang membutuhkan ? atau hanya memenuhi ego keinginan anda ? ambil jeda untuk berpikir, dan berikan waktu diri anda untuk memilah-milah realita yang ada. Beli lah barang karena anda yakin itu akan berguna dan anda benar-benar inginkan.

3. Bersyukurlah dalam segala keadaan

Stoikisme mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dalam segala situasi. Dengan bersyukur, kita belajar menerima keadaan apa adanya dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana. Kebahagiaan tidak harus datang dari hal-hal besar dan luar biasa; seringkali, kebahagiaan terbesar ditemukan dalam kesederhanaan dan rasa syukur.

4. Bahagialah tanpa bergantung pada suatu hal

Kebahagiaan sejati dalam stoikisme tidak bergantung pada faktor eksternal. Ini adalah keadaan batin yang dapat dicapai melalui penerimaan, kebijaksanaan, dan keseimbangan emosi. Kita harus belajar menemukan kebahagiaan dari dalam, tidak tergantung pada pujian, kekayaan, atau status.

5. Praktik > Teori

Stoikisme bukan hanya sekumpulan teori, tetapi praktik hidup. Hal terpenting dalam stoikisme adalah penerapan prinsip-prinsipnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan praktik, kita menginternalisasi nilai-nilai stoikisme dan menjadikannya bagian dari esensi kita.

"Bukan karena kita tidak tahu yang benar, tetapi karena kita tidak menerapkannya." ― Seneca, Surat-Surat Moral kepada Lucilius

Dengan menerapkan prinsip-prinsip stoikisme, kita dapat menjalani hidup yang lebih tenang, terkendali, dan bermakna.


  1. Manampiring, Henry. 2019. Filosofi Teras. Jakarta: PT.Kompas Media Nusantara ↩︎