Bisakah kita hidup tanpa nikotin ?
"Oke, gimana kalau aku sesangi stop berasap kalau paper ku publish ya.", ucap ku kepada istri.
"Iya, coba nae", sautnya.
Pernyataan itu kemudian aku bawa kembali ke Jepang, yang sebenarnya dibalik itu aku berharap langit akan sedikit berbaik hati melancarkan paper penelitianku yang sudah rampung namun belum publish juga. Pikirku, langit mungkin berbaik hati jika aku mempertaruhkan sesuatu.
Aku mulai start "berasap" saat kehidupan total downhill di tahun 2021-2022. COVID menyapu semua kerangka finansialku, memaksaku menjadi tulang punggung utama untuk bapak dan ibu yang dirumahkan oleh hotelnya. Puncaknya tahun 2022, aku kehilangan kakekku dan bapak. Titik itu aku merasa, ada rongga besar di dadaku yang aku gak kebayang bagaimana menutupnya kembali.
Berawal dari asap ringan, vape. Aku rasa experience-nya tidak usah diungkapkan, sedotan pertama membantu jantungku memacu darah ke otak, sedotan ke dua membantu otakku berpikir, dan sisanya menjadi habit baru buat aku yang membuat aku lebih suka mengurung diri di ruang kerja agar bisa berasap full.
Satu momen lagi, ketika aku diperkenalkan rokok kretek oleh kawanku di kampus. Momen ini aku merasa bahwa benar bapak dulu keras menjaga pergaulanku, faktor terbesar laki-laki merokok adalah lingkungan. Aku tidak terlalu oke berasap dengan kretek, karena aromanya menempel di pakaianku dan aku ngga bakal bisa masuk ke rumah. Jadi kretek hanya selingan.
Aku sempat berhenti, rekorku 2 bulan ketika sampai di negeri sakura, penyebabnya karena aku ngga bawa alat berasapnya, pun aku ngga bisa merasakan apakah ada dampak signifikan terhadap tubuhku dengan berhenti, yang aku rasa perubahan drastis adalah, kadang aku sering bengong.
Secara eksak aku berpikir bahwa, vaping itu 80% lebih tidak berbahaya dari rokok, banyak bukti juga mengatakan bahwa vaping salah satu cara perokok kronis untuk tobat. Tapi yang aku rasa, vaping mengenalkanku ke dunia per-kretekan yang menuntaskan puasa 2 bulanku di Jepang.
Jika dibandingkan dulu, circa 2021 mundur. Tanpa berasap pun aku sering hilang fokus, aku sedikit merasa berasap memberikan dampak positif. Aku lebih produktif. Tapi aku tahu ini ilusi otakku yang sudah adiksi. Aku butuh bantua serius untuk berhenti.